Jumat, 15 Maret 2013

DEFINISI PENALARAN DEDUKTIF

Penalaran deduktif adalah suatu
penalaran yang berpangkal pada
suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau
diyakini, dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru
yang bersifat lebih khusus. Metode
ini diawali dari pebentukan teori,
hipotesis, definisi operasional,
instrumen dan operasionalisasi.
Dengan kata lain, untuk memahami
suatu gejala terlebih dahulu harus
memiliki konsep dan teori tentang
gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian di lapangan.
Dengan demikian konteks penalaran
deduktif tersebut, konsep dan teori
merupakan kata kunci untuk
memahami suatu gejala.
4.3 KARAKTERISTIK
Berikut ini adalah ciri-ciri dari
Paragraf deduktif yaitu :
Ide pokok atau kalimat utamanya
terletak di awal paragraf dan
selanjutnya di ikuti oleh kalimat-
kalimat penjelas sebagai pendukung
kalimat utama.
Faktor-faktor penalaran deduktif :
1.Terdapat pada kalimat utama
2.Penjelasannya berupa hal-hal
yang umum
3.Kebenarannya jelas dan nyata
Contoh :
Sebuah sistem generalisasi.
Laptop adalah barang eletronik dan
membutuhkan daya listrik untuk
beroperasi, DVD Player adalah
barang elektronik dan
membutuhkan daya listrik untuk
beroperasi,
Generalisasi : semua barang
elektronik membutuhkan daya listrik
untuk beroperasi.
4.4 BENTUK-BENTUK PENALARAN
DEDUKTIF
Deduksi ialah proses pemikiran yang
berpijak pada pengetahuan yang
lebih umum untuk menyimpulkan
pengetahuan yang lebih khusus.
Bentuk standar dari penalaran
deduktif adalah silogisme, yaitu
proses penalaran di mana dari dua
proposisi (sebagai premis) ditarik
suatu proposisi baru (berupa
konklusi)
Bentuksilogisme
• Silogisme kategoris: terdiri dari
proposisi-proposisi kategoris.
• Silogisme hipotesis: salah satu
proposisinya berupa proposisi
hipotesis.
Misalnya:
Premis1 : Bila hujan, maka jalanan
basah
Premis 2 : Sekarang hujan
Konklusi : Maka jalanan basah.
Bandingkan dengan jalan pikiran
berikut:
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan
basah
Premis 2 : Sekarang jalanan basah
Konklusi : Maka hujan.
Silogisme Standar
Silogisme kategoris standar = proses
logis yang terdiri dari tiga proposisi
kategoris.
Proposisi 1 dan 2 adalah premis
Proposisi 3 adalah konklusi
Contoh:
“Semua pahlawan adalah orang
berjasa
Kartini adalah pahlawan
Jadi: Kartini adalah orang berjasa”.
Kesimpulan hanya dicapai dengan
bantuan proposisi dua
Jumlah term-nya ada tiga, yakni:
pahlawan, orang berjasa dan Kartini.
Masing-masing term digunakan dua
kali.
Sebagai S, “Kartini” digunakan 2 kali
(sekali di premis dan sekali di
konklusi)
Sebagai P, “orang berjasa”
digunakan 2 kali (sekali di premis
dan sekali di konklusi)
Term “pahlawan”, terdapat 2 kali di
premis, tapi tidak terdapat di
konklusi.
Term ini disebut term tengah (M,
singkatan dari terminus medius).
Dengan bantuan term tengah inilah
konklusi ditemukan (sedangkan
term tengah sendiri hilang dalam
konklusi).
Term predikat dalam kesimpulan
disebut term mayor, maka premis
yang mengandung term mayor
disebut premis mayor (proposisi
universal), yang diletakkan sebagai
premis pertama.
Term subyek dalam kesimpulan
disebut term minor, maka premis
yang mengandung term minor
disebut premis minor (proposisi
partikular), yang diletakkan sebagai
premis kedua.
Term mayor akan menjadi term
predikat dalam kesimpulan;
sedangkan term minor akan
menjadi term subyek dalam
kesimpulan
Dengan demikian, kesimpulan
dalam sebuah silogisme adalah atau
“S = P” atau “S ¹ P”. Kesimpulan itu
merupakan hasil perbandingan
premis mayor(yang mengandung P)
dengan premis minor (yang
mengandung S) dengan
perantaraan term menengah (M).
Karena M = P; sedang S = M; maka S
= P
Premis mayor M = P M = term antara
Premis minor S = M P = term mayor
Kesimpulan S = P S = term minor
Hukum-hukum Silogisme
a. Prinsip-prinsip Silogisme kategoris
mengenai term:
1.Jumlah term tidak boleh kurang
atau lebih dari tiga
2. Term menengah tidak boleh
terdapat dalam kesimpulan
3. Term subyek dan term predikat
dalam kesimpulan tidak boleh lebih
luas daripada dalam premis.
4. Luas term menengah sekurang-
kurangnya satu kali universal.
b. Prinsip-prinsip silogisme kategoris
mengenai proposisi.
1. Jika kedua premis afirmatif, maka
kesimpulan harus afirmatif juga.
2. Kedua premis tidak boleh sama-
sama negatif.
3. Jika salah satu premis negatif,
kesimpulan harus negatif juga
(mengikuti proposisi yang paling
lemah)
4. Salah satu premis harus universal,
tidak boleh keduanya pertikular.
Bentuk Silogisme Menyimpang
Dalam praktek penalaran tidak
semua silogisme menggunakan
bentuk standar, bahkan lebih
banyak menggunakan bentuk yang
menyimpang. Bentuk penyimpangan
ini ada bermacam-macam. Dalam
logika, bentuk-bentukmenyimpang
itu harus dikembalikan dalam
bentuk standar.
Contoh:
“Mereka yang akan dipecat
semuanya adalah orang yang
bekerja tidak disiplin. Kamu kan
bekerja penuh disiplin. Tak usah
takut akan dipecat”.
Bentuk standar:
“Semua orang yang bekerja disiplin
bukanlah orang yang akan dipecat.
Kamu adalah orang yang bekerja
disiplin.
Kamu bukanlah orang yang akan
dipecat”.

v http://
herditosandi.wordpress.com/2009/
01/03/problem-deduksi-dan-
induksi/
v http://nopi-
dayat.blogspot.com/2010/03/
penalaran-deduktif.html
v http://
wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/
03/penalaran-deduktif-59/
v http://
anggitata.wordpress.com/2011/03/
11/penalaran-deduktif/

1 komentar: